SAMARINDA: Upaya meningkatkan kualitas proses belajar mengajar terus dilakukan SMA Negeri 16 Samarinda.
Salah satunya melalui pelaksanaan In House Training (IHT) bertajuk “Pendampingan Implementasi Pembelajaran Mendalam” yang digelar di Aula sekolah pada Sabtu, 2 Agustus 2025.
Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber nasional, Asep Hendrasyah dan Yuyun Sri Yuniarti, serta diikuti seluruh guru SMAN 16 Samarinda.
Fokus pelatihan adalah memperkuat pemahaman dan praktik pembelajaran mendalam (deep learning) dalam konteks Kurikulum Merdeka yang menuntut peran guru sebagai fasilitator berpikir kritis dan reflektif bagi siswa.
Kepala SMAN 16 Samarinda, Abdul Rozak Fahrudin, mengatakan bahwa pembelajaran mendalam menjadi kunci membentuk generasi yang tangguh secara karakter dan kompeten secara intelektual.
“Kita tidak bisa lagi hanya fokus pada penyampaian materi. Guru harus mendorong siswa untuk berpikir mendalam, menganalisis, dan memahami makna dari setiap proses pembelajaran,” ujarnya.
Materi pelatihan disampaikan dengan pendekatan aplikatif.
Asep Hendrasyah membagikan strategi dalam merancang pembelajaran yang mengasah keterampilan berpikir tingkat tinggi, mendorong siswa untuk menganalisis, merefleksi, dan memahami materi secara lebih bermakna.
Ia juga menyoroti pentingnya asesmen formatif sebagai bagian dari proses pembelajaran, bukan sekadar alat ukur hasil akhir.
Menurut Asep, asesmen harus menjadi bagian dari perjalanan belajar siswa untuk mengevaluasi cara berpikir, bukan sekadar hafalan.
Sementara itu, Yuyun Sri Yuniarti menekankan bahwa deep learning bukan sekadar metode, tetapi sebuah pendekatan menyeluruh yang menciptakan ekosistem pembelajaran yang aktif, kolaboratif, dan bermakna.
“Siswa harus diajak berpikir, bukan disuapi. Guru harus mampu menciptakan ekosistem kelas yang menantang dan menyenangkan. Itulah inti dari pembelajaran mendalam,” ujarnya.
Selama sesi pelatihan, para guru dibagi ke dalam kelompok kerja untuk menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis pembelajaran mendalam.
Setiap kelompok mempresentasikan hasil rancangannya dan memperoleh masukan langsung dari narasumber.
Dengan pelatihan ini, para guru diharapkan tidak hanya memahami teori pembelajaran mendalam, tetapi juga mampu mengimplementasikannya secara konsisten dan kontekstual dalam kelas.
Abdul Rozak menutup kegiatan dengan harapan besar bahwa pelatihan ini dapat menjadi titik awal transformasi nyata di ruang-ruang belajar SMAN 16 Samarinda.
“Semoga pelatihan ini tidak hanya berhenti di ruang aula, tetapi benar-benar diterapkan di kelas. Kita ingin pendidikan di SMAN 16 melahirkan generasi yang mandiri, kritis, dan siap menghadapi masa depan,” tandasnya.

