SAMARINDA: Kota Samarinda menghadapi krisis kekurangan guru Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah-sekolahnya.
Mayoritas sekolah di Samarinda hanya memiliki satu hingga dua guru BK. Padahal, idealnya setiap 100 siswa harus didampingi satu guru BK.
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian menyoroti pentingnya perbandingan ideal antara jumlah guru BK dan siswa di setiap sekolah.
“Ada standar yang harus dipenuhi mengenai jumlah guru BK per murid dan saat ini kita masih jauh di bawah negara-negara lain dalam hal proporsi ini,” ujarnya saat menjadi narasumber podcast “Kabar Tuntas” di lantai 2 Studio Podcast MSI Group Jalan Untung Suropati, Samarinda, Sabtu (29/6/2024).
Hetifah juga menekankan peran vital guru BK yang sering kali disalahpahami dan dianggap hanya bertugas menghukum murid atau mengadukan ke orang tua, padahal berperan besar dalam menangani kekerasan di sekolah dan masalah-masalah lain yang membutuhkan pendekatan kreatif dan profesional.
Selain itu, ia mengungkapkan tantangan yang dihadapi guru BK dalam kariernya, termasuk kesulitan dalam kenaikan pangkat dan kurangnya pengakuan serta tunjangan.
“Kita perlu evaluasi mengapa profesi guru BK kurang diminati dan mencari solusi agar mereka merasa bangga. Banyak psikolog yang menggantikan peran guru BK, padahal fungsi mereka berbeda,” tambahnya.
Hetifah menegaskan, guru BK lebih berperan sebagai teman bagi siswa di sekolah dan mengarahkan siswa dengan masalah psikologis kepada psikolog anak jika diperlukan.
“Peran ini sangat penting dan harus dihargai serta didukung oleh kebijakan yang tepat,” tutupnya.(*)

