

SAMARINDA: Keinginan Pemerintah Kota Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim) untuk membangun dermaga wisata di sepanjang Jalan Pangeran Bendahara, pinggir sungai Samarinda Seberang, menghadapi kendala pembebasan lahan.
Meskipun warga sebagian besar mendukung proyek tersebut, pemukiman warga yang telah berdiri puluhan tahun di tepi sungai menjadi penghalang utama.
Dermaga wisata ini nantinya akan menjadi akses masuk wisatawan menuju Samarinda Seberang melalui transportasi sungai yang menghadap langsung ke arah Masjid Shiratal Mustaqiem.
Camat Samarinda Seberang, Aditya Koesprayogi menyatakan bahwa mayoritas warga mendukung rencana pembangunan dermaga wisata ini dengan harapan akan meningkatkan potensi wisata di Samarinda Seberang dan memberikan dampak positif pada ekonomi lokal.
“Kami mendengar warga prinsipnya mendukung, pertama cagar budaya di seberang ini dapat meningkat, kedua ekonomi masyarakat pasti akan meningkat,” katanya, Jumat (19/1/2024).
Namun, hambatan muncul karena ikatan emosional warga dengan daerah tersebut.
Meski mendukung pembangunan, mereka mengharapkan adanya pemukiman baru yang tidak jauh dari lokasi saat ini.
“Masyarakat sudah lama bermukim di sana, jadi ada ikatan emosional yang kuat, sehingga mereka berharap bila ada pembangunan agar tidak jauh-jauh dipindahkan dari daerah sini,” ujarnya.
Pemerintah berupaya mencari kesepakatan dengan membuka akses diskusi dan masukan bagi masyarakat.
Selanjutnya, Aditya menegaskan bahwa pemerintah tidak berniat menyegerakan pembongkaran, melainkan menunggu keputusan dan kesepakatan bersama.
“Kita dengan saran dan feedback dulu di masyarakat, yang akan kita cari titik tengah supaya masyarakat bisa menerima dengan lapang dada. Jadi tidak benar adanya dugaan masyarakat kalau pemerintah ingin menggusur,” jelasnya.
Sementara pembebasan lahan menjadi tantangan, pemerintah berkomitmen untuk menciptakan solusi terbaik dengan melibatkan partisipasi aktif dari warga.
Masyarakat diimbau untuk tidak terburu informasi yang tidak akurat dan bersama-sama mencari jalan tengah untuk kemajuan bersama. (*)

