SAMARINDA: Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di wilayah Samarinda Ulu terus menunjukkan perkembangan positif. Salah satu dapur yang aktif beroperasi adalah Dapur Badan Gizi Nasional (BGN) Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Samarinda Ulu 2 yang berlokasi di Jalan Juanda belakang Yens Delight.
Setiap hari, dapur ini memproduksi dan menyalurkan 2.330 porsi makanan sehat untuk siswa-siswi di empat sekolah yang berada dalam radius kurang lebih enam kilometer.
Sekolah yang dilayani terdiri dari SD Negeri 18, SD Negeri 20, SMP Negeri 5, dan SMP Negeri 7. Program ini dilaksanakan setiap hari kerja, dari Senin hingga Jumat.
Kepala SPPG Samarinda Ulu 2, Thiara Chikita Dewi Fortuna, menyampaikan bahwa sejauh ini pelaksanaan program berjalan lancar tanpa hambatan berarti.
“Alhamdulillah sejauh ini baik, tidak ada keluhan, semoga ke depannya pun tetap seperti itu,” ujarnya saat ditemui di lokasi dapur BGN SPPG Samarinda Ulu 2, Rabu 27 Agustus 2025.
Di wilayah Samarinda Ulu, saat ini telah berjalan dua dapur: Dapur Samarinda Ulu 1 yang berlokasi di Villa Tamara, dan Dapur Samarinda Ulu 2 di Juanda. Menyusul ke depannya, Dapur di daerah Suryanata akan mulai beroperasi.
Pembagian ini dilakukan oleh koordinator wilayah (korwil) untuk menghindari tumpang tindih sekolah yang dilayani. Setiap dapur ditugaskan melayani sekolah tertentu agar distribusi makanan lebih terkoordinasi.
Untuk operasional harian, dapur ini didukung oleh 40 relawan aktif. Thiara menyebut bahwa jumlah tersebut sudah mencukupi mengingat proses kerja yang cukup cepat dan efisien.
“Kalau 40 orang saya rasa sudah cukup karena rata-rata pekerjaan di sini cepat selesai. Tapi kalau memang diperlukan, bisa ditambah lagi,” tambahnya.
Proses produksi dimulai sejak pukul 12 malam, mencakup persiapan bahan, pengolahan, pemorsian, hingga pengemasan.
Semua dilakukan dengan protokol kebersihan yang ketat, termasuk penggunaan sepatu safety, apron, penutup kepala, dan masker oleh seluruh relawan.
Distribusi makanan dilakukan dalam dua gelombang, yakni pukul 08.00–09.00 WITA dan 11.00–12.00 WITA, menggunakan dua unit mobil boks.
Makanan dikemas dalam ukuran porsi kecil dan besar, disesuaikan dengan kebutuhan gizi siswa. Kebutuhan khusus seperti alergi makanan juga menjadi perhatian.
“Jika ada siswa yang alergi ayam, kami ganti dengan ikan,” jelas Thiara.
Meski tanpa menggunakan bahan pengawet, makanan yang diproduksi dapat bertahan hingga empat jam, selama dikemas dan disimpan sesuai standar.
Thiara juga menambahkan bahwa pendanaan dari pusat terus mengalir dengan baik tanpa hambatan.
“Alhamdulillah pendanaan dari pusat sejauh ini lancar, tidak pernah macet,” pungkasnya.

