JAKARTA : Investasi berkelanjutan saat ini merupakan sebuah kebutuhan yang mendesak, karena bukan hanya tentang menghindari resiko lingkungan, melainkan membuka semua peluang ekonomi baru.
Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi dan Investasi Edi Prio Pambudi, hadir mewakili Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Kompas100 X BEI Tahun 2025 yang mengusung tema “Kompas 100 Outlook: Investasi Berkelanjutan di dalam Ekosistem Bisnis Global” di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Senin 17 Februari 2025.
Dikatakan, Global Sustainable Investment Alliance (2023) mencatat aset investasi berkelanjutan global telah mencapai 35,3 triliun dolar AS atau sekitar 36 persen dari total aset keuangan global.
Untuk itu, dalam menghadapi perubahan global menuju ekonomi berkelanjutan. pemerintah terus responsif dalam menarik investasi berkelanjutan, salah satunya melalui pengembangan ekosistem ekonomi hijau.
Ini tercantum dalam Visi Indonesia Emas 2045 “Negara Nusantara Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan”.
Dokumen ini memuat sejumlah arah kebijakan, penerapan ekonomi hijau, dalam transformasi ekonomi. Lingkungan hidup yang berkualitas, dalam landasan transformasi . Terkait ketahanan sosial budaya dan ekologi, serta mewujudkan sarana dan prasarana yang berwawasan lingkungan.
BloombergNEF tahun 2023 juga menyebutkan, transisi energi bersih akan membutuhkan investasi senilai 3,1 triliun dolar AS per tahun hingga 2050.
Sektor seperti energi terbarukan (EBT), ekonomi sirkular dan teknologi hijau diprediksi menciptakan 25 juta lapangan kerja baru.
Indonesia memiliki sumber daya EBT yang melimpah, seperti tenaga surya, hidro, panas bumi, dan bioenergi, yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung transisi energi bersih.
Keberadaan hutan Indonesia juga menjadi salah satu aset utama dalam perdagangan karbon, dengan skema seperti Skema Karbon Nusantara (SKN) yang memiliki potensi besar untuk terus dikembangkan.
Saat ini kita sudah mengambil langkah signifikan untuk mendorong investasi berkelanjutan melalui Perpres Nomor 112 Tahun 2022 yang menargetkan porsi energi terbarukan dalam bauran energi sebesar 23 persen pada 2025 dan 31 persen pada 2050.
“Ini pun kami melihat negara di sekitar kita semakin ambisius , untuk memperbanyak bauran energi bersihnya. Sehingga kita juga harus bersiap , untuk beradaptasi dengan situasi yang dinamis,” kata Deputi Edi.
Dijelaskan, Indonesia saat ini memiliki berbagai program/proyek yang berjalan. Di antaranya proyek Carbon Capture and Storage (CCS), Just Energy Transition Partnership (JETP), pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Bahan Bakar Nabati. Meliputi biodiesel dan bioethanol, serta pengembangan ekosistem kendaraan listrik dengan proses dari hulu sampai hilir.
Meskipun Indonesia telah berkomitmen terhadap ekonomi hijau dan berkelanjutan, masih terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi.
Untuk itu, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah strategis diantaranya penguatan regulasi dan kebijakan. Dengan mengembangkan kebijakan , dan regulasi khusus ekonomi hijau dan investasi hijau. Juga memastikan sinkronisasi , antara seluruh dokumen peraturan, serta melakukan reformasi kelembagaan.
“Dengan mendesain ulang kelembagaan, agar lebih kuat dan tidak tumpang tindih serta memperbaiki sistem pendukung pembiayaan hijau,”tutupnya.

