SAMARINDA: Tentara menjadi profesi yang terdengar keren bagi sebagian orang, terutama para lelaki. Bahkan, tak sedikit anak-anak yang masih duduk di bangku SD, SMP dan SMA memiliki cita-cita menjadi seorang tentara.
Namun, untuk menjadi tentara tentu bukan suatu hal yang gampang diraih. Sekadar keinginan tentu tidak cukup menjadikan seseorang tentara, perlu kerja keras, usaha optimal dan komitmen untuk mendukung itu semua terwujud.
Hal itulah yang disampaikan Brigadir Jenderal Tentara Nasional Indonesia (TNI) Dendi Suryadi. Sosok putra daerah etnis Kutai yang berhasil mendapat bintang 1 TNI Angkatan Darat (AD) pertama di Kutai Kartanegara (Kukar).
“Kalau mau berhasil kita harus keras dengan diri kita sendiri, memacu diri sendiri. Bukan hanya berkompetisi dengan orang lain, tapi juga berkompetisi dengan keadaan atau tantangan yang kita hadapi,” kata Dendi saat Podcast Kabar Tuntas di lantai 2 Studio Podcast MSI Group, Jalan Untung Suropati Perum Karpotek Samarinda, Selasa (23/7/2024).
Dirinya menceritakan, karier militer merupakan cita-cita dari sejak ia SMP karena sang ayah meninggal dunia saat ia masih berusia 14 tahun.
“Ibu saya single parent, kehidupan menjadi berubah lebih tough (keras). Kehilangan sosok ayah pada usia segitu rasanya sangat dahsyat,” ungkapnya.
Menghadapi situasi yang keras itu, dirinya memutuskan untuk harus masuk sekolah negeri sebab biayanya lebih murah dibanding sekolah swasta. Selain itu, lokasi ia tinggal juga lebih dekat dengan sekolah negeri.
“12 tahun saya jalan kaki karena letaknya berdekatan (SD, SMP, SMA),”.
Setelah lulus SMA di tahun 1988, dirinya mencari sekolah yang 100 persen gratis dan pilihan utamanya tak lain adalah akademi militer.
“Tahun 1989 sudah manggul senjata, sudah proses militer,” ucapnya.
Dendi mengaku, tidak mudah seorang lulusan akademi militer untuk bisa mencapai perwira tinggi yang merupakan posisinya saat ini.
“I face so many situations. Perlu seleksi, memantaskan diri, banyak sekolah dilewati sehingga bisa mencapai posisi itu karena perlu persyaratan untuk pangkat tersebut,” terangnya.
Ia menambahkan, Kaltim khususnya Kukar terkenal memiliki sumber daya alam (SDA) yang potensial. Maka dari itu, dirinya menginginkan kekayaan tersebut diimbangi dengan sumber daya manusia (SDM) berkualitas.
“Faktor manusia harus digenjot. Harus andal dan kompetitif sehingga dengan sendirinya bisa mengolah SDA. Saya salah satu anak bangsa yang yakin bangsa kita akan lebih maju lagi,” pungkasnya.
Dalam podcast yang berdurasi 45 menit itu, Brigjen tidak hadir sendirian. Ada sang istri Ira Suryadi yang senantiasa setia dan ceria mendampingi kemanapun ia bertugas.
“Ngikut dinas kemana-mana dari sejak menikah, prinsipnya seperti truk gandeng dan bapak tipenya family man yang tidak bisa jauh dari keluarga,” tutur Ira.
Ira menyampaikan, dirinya bersyukur menikah dengan sesorang tentara dan tergabung dalam organisasi Persatuan Istri Tentara (Persit).
“Organisasi ini mendidik kita menjadi mandiri, kreatif dan inovatif,” tuturnya.(*)

