

Samarinda – Kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak sepertinya tidak akan habis menjadi persoalan perbincangan.
Sekretaris Komisi IV DPRD Kota Samarinda Deni Hakim Anwar yang membidangi pemberdayaan masyarakat dan perempuan mengakui, belakangan ini kasus itu meningkat serta tidak bisa melepaskan masalah pada satu pandangan saja. Melainkan harus melihat dari penyebabnya.
Menurutnya, menangani hal ini tidak bisa menjadi perhatian bagi satu bidang organisasi perangkat daerah (OPD) saja melainkan menjadi tanggung jawab bersama dan paling utama adalah bagaimana cara pencegahannya.
Berbicara tentang pencegahan tentu yang pertama mesti meningkatkan sikap persuasif. Artinya tindakan seperti imbauan untuk lebih hati-hati.
Kedua, memberikan pendidikan tentang seksual, pendidikan tentang rumah tangga yang baik agar jangan sampai terjadi kekerasan seksual tersebut.
Ketiga adalah polanya, ketika telah terjadi, bagaimana tindakannya. Karena banyak mengalami kekerasan seksual itu tidak berani melaporkan dengan alasan takut dan malu.
“Inilah yang kita minta harusnya ada pelayanan konsentrasi (khusus). Artinya bisa menampung. Jadi tidak mesti bertemu langsung. Karena dengan konseling itu terkadang korban malu untuk datang, tetapi ketika bisa melakukannya melalui telepon,” jelas Deni.
Sehingga pengusulan membuat layanan konsentrasi justru menjadi terobosan baru bagi Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) agar para korban dapat menyampaikan apa yang dialaminya.
“Karena, mungkin ini bisa diibaratkan dengan gunung es yang muncul di permukaan tetapi tidak tahu lainnya. Banyak sekali kekerasan seksual atau kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) itu terjadi namun tidak terpantau,” terang politikus Partai Gerindra itu.
Karena bagaimanapun kekerasan seksual itu dampaknya sangat panjang bagi psikis. Bahkan yang paling banyak mengalami kekerasan pada usia 12 hingga 17 tahun bahkan sudah juga ditemukan dari usia kecil.
Memang sebelumnya sudah dilakukan upaya perangkulan dengan LBH maupun DP3A. Tetapi telah dikatakan tadi jika kuncinya adalah mencegah dengan memperbanyak sosialisasi. Karena kalau penanganan artinya sudah terjadi.

