JAKARTA : Ditengah gejolak perekonomian global yang terus meningkat, dan tingginya volatilitas pasar keuangan global, berpotensi memberikan dampak pada pasar keuangan domestik. Begitu juga dengan kinerja pasar modal Indonesia sepanjang tahun 2022, masih terus diwarnai gejolak fluktuasi pasar yang diikuti pelemahan bursa secara global, terlebih dalam satu bulan terakhir.
Namun kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi, dalam konferensi Pers OJK bersama Self Regulatory Organization (SRO) sebagai Refleksi Akhir Tahun 2022, Kamis (29/12/2022), mengaku secara umum kinerja pasar modal secara year to date masih mencatatkan pertumbuhan yang positif.
Dijelaskan, sebagai gambaran, per 28 Desember 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di posisi 6.850,52 poin atau secara year to date tumbuh sebesar 4,09 persen. Kinerja IHSG ini, merupakan yang tertinggi kedua setelah Singapura jika dibandingkan dengan seluruh kinerja bursa ASEAN. Setelah sebelumnya, IHSG juga pernah berada di tingkat pertama di kawasan ASEAN dan Regional, serta peringkat ke-3 di dunia pada November lalu.
Dikatakan, di tahun 2022 ini, pertumbuhan IHSG juga pernah menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah yakni di level 7.318,01, tepatnya pada, 13 September 2022.Sementara itu , nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp9.509 triliun atau secara year to date tumbuh sebesar 15,18 persen. Di tahun 2022 ini, tepatnya pada 27 Desember 2022, kapitalisasi pasar di Bursa Efek juga mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah yaitu sebesar Rp9.600 triliun.
Di samping itu, perkembangan pasar modal syariah juga cukup menggembirakan,tercermin dari peningkatan nilai Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) maupun nilai kapitalisasi pasar saham syariah secara year to date.
Berdasarkan data, per tanggal 28 Desember 2022, Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) ditutup pada 218,38 poin atau meningkat sebesar 15,53 persen,dibandingkan posisi per 30 Desember 2021 sebesar 189,02 poin. Sementara kapitalisasi pasarnya tercatat sebesar Rp4.801,27 triliun atau meningkat sebesar 20,52 persen (ytd) apabila dibandingkan posisi per 30 Desember 2021 yaitu sebesar Rp3.983,65 triliun.
Terlepas dari kinerja di bursa saham yang membanggakan, menurut Inarno Djajadi, kinerja reksa dana masih mengalami penurunan yang disebabkan karena beberapa faktor,terutama terkait kebijakan shifting unit link ke instrumen keuangan lain di luar reksa dana. Sampai dengan 27 Desember 2022, total NAB Reksa Dana secara YTD minus sebesar 12,58 persen dari Rp578,44 triliun per 30 Desember 2021 menjadi Rp505,69 triliun.
Sementara itu, jumlah produk reksa dana per 28 Desember 2022 turut mengalami penurunan dari sebelumnya pada 30 Desember 2021 sebesar 2.198 menjadi 2.143 atau turun sebesar -2,50 persen Penurunan NAB Reksa Dana tersebut tentunya juga berdampak pada nilai keseluruhan dari Asset Under Management, di mana per 27 Desember 2022 nilai AUM (asset under management ) tercatat turun sebesar 2,49 persen dari sebelumnya sebesar Rp850,73 triliun menjadi Rp829,56 triliun.
Meski demikian, seiring dengan telah pulihnya kembali aktivitas perekonomian domestik, aktivitas penghimpunan dana melalui pasar modal terus meningkat. Sampai 28 Desember 2022. di mana OJK telah mengeluarkan surat pernyataan efektif atas pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum untuk 224 penawaran umum yang terdiri dari 57 Penawaran Umum Perdana Saham, 44 Penawaran Umum Terbatas, 123 Penawaran Umum Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk, dengan total keseluruhan nilai hasil penawaran umum sebesar Rp266,41 triliun. Dari 224 kegiatan, kami mencatat emiten baru yang berhasil melantai di Bursa Efek sebanyak 63 emiten.

