
SAMARINDA: Rencana Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Pemprov Kaltim) menjadikan fasilitas di kawasan Gelora Kadrie Oening sebagai hunian sementara bagi mahasiswa dari luar Samarinda sempat menimbulkan kebingungan.
Banyak yang mengira bangunan yang dimaksud adalah Hotel Atlet, padahal yang dimaksud Pemprov adalah Wisma Atlet, yang terletak di sebelah gedung lama Kantor Dispora.
Perlu diketahui, kawasan Gelora Kadrie Oening memang mencakup berbagai fasilitas, termasuk kompleks olahraga dan sejumlah bangunan penginapan.
Kebingungan ini semakin menguat setelah Gubernur Kaltim, Rudy Mas’ud, menyampaikan wacana pemanfaatan aset Hotel Atlet sebagai hunian mahasiswa, seperti yang diberitakan sejumlah media.
“Yang dimaksud sebagai asrama mahasiswa adalah Wisma Atlet, bukan Hotel Atlet. Ini perlu diluruskan agar tidak terjadi kesalahpahaman,” tegas Wakil Ketua Komisi II DPRD Kaltim, Sapto Setyo Pramono, Sabtu, 3 Mei 2025.
Legislator dari Partai Golkar itu menambahkan, tujuan utama dari penyediaan asrama ini adalah untuk membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan ekonomi, namun tetap berprestasi dan memiliki semangat tinggi untuk melanjutkan pendidikan.
Ia menegaskan, program ini harus tepat sasaran dan tidak dimanfaatkan oleh pihak yang secara ekonomi tidak berhak.
“Yang boleh tinggal di sana adalah mahasiswa yang kuliah di Samarinda, berasal dari luar kota, dan dari keluarga kurang mampu. Yang mampu, ya jangan tinggal di situ,” ujarnya.
Sapto menjelaskan bahwa Wisma Atlet awalnya dibangun untuk mendukung pelaksanaan PON 2008.
Kini, fasilitas itu disiapkan untuk menampung mahasiswa baru dari luar kota yang berasal dari keluarga tidak mampu.
Sementara itu, Hotel Atlet yang kerap disebut-sebut masyarakat, menurut Sapto, sebenarnya hanya merupakan istilah populer.
Bangunan tersebut belum memiliki izin operasional sebagai hotel dan statusnya masih sebagai wisma. Pemprov bahkan sedang menyiapkan bangunan itu untuk difungsikan secara komersial guna mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD).
“Kita minta agar Hotel Atlet dibenahi total agar bisa menjadi hotel kelas bintang empat, lengkap dengan kolam renang, laundry, restoran, aula, dan fasilitas penunjang lainnya,” tambahnya.
Ia menilai, jika dikelola secara profesional, hotel tersebut berpotensi menjadi sumber pendapatan yang hasilnya dapat digunakan untuk membiayai program layanan sosial seperti pendidikan dan kesehatan gratis.

