BEKASI: Biaya transportasi masyarakat Bekasi mencapai Rp1,9 juta per bulan, lebih mahal dibandingkan warga Jakarta yang rata-rata menghabiskan Rp1,5 juta per bulan.
Angka ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Integrasi Transportasi Multimoda Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Risal Wasal, dalam konferensi pers di kantor Kemenhub, Kamis, 31 Juli 2025.
Menurut Risal, wilayah Jabodetabek seperti Bekasi dan Depok memiliki biaya transportasi yang relatif tinggi, yakni sekitar Rp1,8 juta hingga Rp1,9 juta per bulan.
Untuk kota lain seperti Surabaya, biaya transportasi mencapai sekitar Rp1,6 juta per bulan.
Meski layanan seperti KRL dan TransJakarta sudah menjangkau wilayah Jabodetabek dan tarifnya cukup terjangkau, sekitar Rp3.500 hingga Rp7.000, masyarakat tetap harus melanjutkan perjalanan dengan ojek online karena sistem transportasi belum sepenuhnya terintegrasi.
Hal inilah yang menyebabkan biaya transportasi menjadi tinggi.
“Tarif ojek online bisa mencapai Rp25.000 per hari. Kalau menggunakan kendaraan pribadi, biaya parkir pun cukup membebani, minimal Rp10.000,” jelas Risal.
Lantas, berapa biaya transportasi yang ideal? Menurut standar Bank Dunia, biaya transportasi seharusnya hanya 10 persen dari pendapatan bulanan.
Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih mengeluarkan biaya transportasi di atas batas ideal tersebut.
“Oleh karena itu, dibutuhkan layanan transportasi yang benar-benar terintegrasi,” tegas Risal.
Menanggapi kondisi tersebut, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kemenhub, Arif Anwar, mengungkapkan bahwa Kemenhub tengah merancang integrasi beberapa jalur transportasi sebagai solusi untuk menekan biaya masyarakat.
“Kami akan bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk melakukan integrasi layanan transportasi, seperti menghubungkan Stasiun Karet dengan Stasiun BNI City,” ujar Arif.
Ia menambahkan, program ini merupakan bagian dari rencana besar yang akan dilaksanakan secara bertahap.
Pemprov DKI Jakarta juga tengah menata kawasan sekitar Stasiun Karet dan sekitarnya, termasuk pengembangan moda jalan dan fasilitas penunjang lain.
“Penataan ini bertujuan untuk memfasilitasi pejalan kaki dan penumpang yang hendak berpindah ke moda transportasi lain seperti MRT. Integrasi antara Stasiun Karet dan BNI City akan menjadi langkah awal dari pengembangan sistem transportasi terintegrasi di Jakarta,” pungkas Arif.

