Balikpapan – Kabupaten Kutai Timur (Kutim) menjadi salah satu kota penyangga ibu kota Nusantara setelah Pemerintah RI menetapkan Kaltim sebagai ibu kota negara (IKN) Indonesia yang baru.
Namun yang pasti, perpindahan IKN tidak seperti membalikkan kedua telapak tangan melainkan perlunya dukungan setiap daerah untuk keberlangsungan hidup bermasyarakat dan bernegara yang baik dengan diperhatikannya beragam kesiapan. Mulai dari infrastruktur hingga kesiapan pangan.
Menyikapi hal tersebut, Ketua Cabang Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kutim Zainul Arifin mengemukakan, memang Kutim adalah salah satu kota penyangga IKN tetapi harus juga dipastikan bahwa Kutim penyangga dalam bidang apa.
“Apakah dalam bidang industri, pangan atau ternak dan lain sebagainya. Maka ini adalah bagaimana kita bisa bekerja sama dengan pemerintah daerah,” tuturnya dalam kegiatan silaturahmi Pengurus Wilayah (PW), Pengurus Cabang (PC) GP Ansor Kaltim bersama Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Quomas di Ballroom Swiss-Belhotel Balikpapan.
Bagi Zainul, pemerintah daerah juga harus menentukan sikap dalam pindahnya IKN ini harus menentukan sikap posisinya sebagai apa.
“Pemerintah daerah itu sebagai apa, apakah sebagai penyangga dalam hal apa. Karena ketika di sana terutama Kutim, yang kemarin pernah ada rencana akan ada pembangunan pelabuhan di daerah Maloy, tapi biarpun sampai sekarang masih mangkrak dan kayaknya akan kalah dengan yang ada di Tarakan,” bebernya.
Maka hal seperti demikian lah yang menjadi tantangan bagi GP Ansor agar bagaimana mampu berkontribusi dalam mendorong penyelesaian sejumlah pembangunan seperti terdapat beberapa infrastruktur jalan yang kurang memadai dan sebagainya.
“Karena lagi-lagi adalah infrastruktur kita belum memadai seperti jalan dan sebagainya. Ketika kemarin saya bertemu dengan beberapa teman termasuk Anggota Komisi V DPR RI Irwan itu mengatakan juga bahwa insyaallah tahun 2023 ini clear masalah jalan,” katanya.
Sehingga ini harus berkesinambungan. Maka kemudian bagaimana kader-kader GP Ansor ke depan tetap membantu pemerintah dalam menentukan hal-hal yang bersifat mendorong pembangunan demi kemajuan Indonesia.
“Tetapi bagiamana kemudian diimbangi dengan perekonomian-perekonomian. Mengambil contoh, Kutim ada produk jahe merah, kemudian kemarin ada bahas tentang ternak, petrashop, dan sebagainya,” jelasnya.

