Samarinda – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim telah mengeluarkan surat keputusan Nomor 421.3/030/Disdikbud.III/2022 tentang pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas jenjang SMA, SMK, SLB di Kaltim.
Keputusan tersebut keluar pada tanggal 3 Januari 2022 untuk diberlakukan mulai tanggal 4 Januari 2022.
Meski demikian, Kepala SMAN 17 Samarinda Abdul Rozak Fahrudin mengaku jika pemberlakuan PTM terbatas tidak bisa pihaknya langsung lakukan.
“Untuk SMAN 17, kami sudah rapat tetapi masih koordinasi karena suratnya baru muncul, maka itu tidak bisa dilakukan secara tiba-tiba karena butuh persiapan,” terangnya saat dikonfirmasi Narasi.co, Rabu (5/1/2022).
Dijelaskan Rozak, pelaksanaan PTM juga tergantung dari masing-masing sekolah. Memang juga gedung SMAN 17 yang beralamat di Jalan Pattimura masih dalam proses pembangunan dan sedang menumpang dengan SD sekitar.
“Maka konsekuensinya kita tidak bisa inovasi secara mandiri, karena kami juga harus koordinasi dengan pihak SD,” tuturnya.
Selain itu, SD yang ditempati SMAN 17 sepertinya juga belum melakukan PTM dan masih dalam persiapan sehingga pihaknya selaku kepala sekolah masih harus mengadakan kajian analisis untuk membuat rambu-rambu pelaksanaan PTM.
Seperti memperhatikan, apakah ketika melaksanakan PTM bersama dengan SD akan menimbulkan masalah atau tidak. Sehingga hal demikianlah yang masih perlu kajian mendalam. Karena ini berkaitan dengan kesehatan.
“Saya tidak tahu apakah SD ini dobel sif, kan saya tidak tahu. Takutnya nanti SD bisa dobel sif, jam berapa kami harus belajar, ini kan tentang ruangan dan menjadi persoalan,” ulasnya.
Oleh karena itu, saat ini pihaknya masih menunggu. Di samping memberikan pengertian kepada siswa/siswi SMAN 17 untuk bersama-bersama menunggu sambil berfokus pada sistem belajar online.
“Kecuali saya punya gedung sendiri tidak masalah. Hari ini saya diperintahkan PTM karena langsung koordinasi, besok sudah ada jawaban. Tapi ini kan tidak bisa, saya harus melibatkan banyak orang untuk melaksanakan itu,” jelasnya.
Apalagi SMAN 17 terdapat 13 rombel dengan jumlah siswa 465 orang. Ini cukup banyak, sehingga persiapan harus dilakukan dengan matang dan hati-hati.
“Karena saya harus selesaikan dulu dengan SD, jangan sampai nanti SD belum PTM, saya sudah PTM, kan jadi persoalan juga. Pastinya saya akan berkoordinasi dengan kepala sekolahnya, tim satgas, gimana regulasi dalam satu ruangan itu dilakukan secara sif, saya belum tahu SD itu masuknya jam berapa,” tambahnya.
Dirinya pun tetap berharap agar proses pembangunan gedung segera terselesaikan sehingga PTM tidak lagi terganggu demi kebermanfaatan terhadap masyarakat.

