

SAMARINDA : Anggota Komisi III DPRD Kota Samarinda Abdul Rohim merasa lega setelah para pekerja proyek Teras Samarinda mulai menerima upah yang menjadi hak mereka.
Merutnya, upah pekerja yang menunggak mulai cair sebelum Lebaran kamarin. Meski demikian, masih ada yang belum terealisasi karena masih dalam tahap pembicaraan antara pekerja dengan pihak perusahaan.
Negosiasi ini berlangsung karena adanya perbedaan nominal antara yang diajukan oleh pekerja dengan catatan perusahaan sehingga masih harus disesuaikan.
“Kurang lebih Rp100 juta masih menunggu pencocokan. Selebihnya Rp300 juta, hampir Rp400 juta sudah ditunaikan,” ujarnya di Samarinda, Jumat, 11 April 2025.
Rohim menilai, realisasi tunggakan upah pekerja Teras Samarinda itu dampak dari drama lempar kotak nasi. Saat polemik ini mencuat beberapa waktu lalu, para pekerja melakukan aksi untuk menuntut hak mereka segera dibayarkan.
Pada 27 Februari 2025, DPRD Kota Samarinda, Dinas PUPR Samarinda dan para pekerja Teras Samarinda duduk bersama untuk mencari jalan tengah.
Hasil pertemuan itu nampaknya tak memberi kejelasan tentang jadwal pembayaran upah para pekerja. Rohim yang ikut pertemuan itu geram. Ia melemparkan kotak nasi ke arah perwakilan Dinas PUPR Samarinda. Lemparan itu tidak menimpa siapapun.
Hingga akhirnya, aksi lempar kotak nasi oleh Rohim itu tersebar di media sosial. Menurutnya, aksi serupa sempat dilakukan sebelumnya. Kala itu, ia melempar botol air mineral ke dinding.
“Saya merenung. Kalau saya lempar sekali tidak terekam, tidak viral, mungkin sampai saat ini belum ditunaikan. Karena ada lemparan kedua itu lah viral ketangkap kamera,” tuturnya.
“Saya merasa kenapa sampai ada lemparan kedua, ini mungkin jawaban Tuhan atas doa pekerja yang terzalimi,” tambahnya.
Ia menegaskan, kejadian ini harus menjadi bahan pembelajaran untuk semua pihak agar ke depan lebih memprioritaskan hak pekerja. Dengan demikian tidak menyisakan residu yang akhirnya menimbulkan polemik.
“Saya berharap kejadian yang sama tidak terulang lagi. Gaji pekerja itu upahnya harus ditunaikan sebelum kering keringatnya. Ini bukan cuma kering, sudah ganti berkali-kali,” sindirnya seraya bercanda.
Setelah meredanya polemik ini, Rohim mengaku banyak yang menanyakan kepada dirinya terkait hubungannya dengan pihak perwakilan Dinas PUPR yang hadir saat itu. Apakah ada maaf-maafan, terlebih di momen Lebaran?
“Respons saya harus minta maaf kepada siapa karena saya tidak merasa melempar seseorang. Jarak saya dengan perwakilan (Dinas) PUPR itu sangat dekat saat kejadian, tapi tidak ada yang kena karena saya mengekspresikan kejengkelan bukan ke arah personal,” jelasnya.
“Jadi dua kali lemparan itu ke arah dinding. Keinginan saya memang mengekspresikan kekecewaan saya ke dinding, ya saya harus minta maaf tetapi ke dinding yang saya lempar,” sambungnya.

