
SAMARINDA: Fenomena menurunnya jumlah pendaftar di sejumlah sekolah dasar negeri (SDN) di Kota Samarinda menjadi sorotan serius Komisi IV DPRD Kalimantan Timur (Kaltim).
Sekretaris Komisi IV, Darlis Pattalongi, menyatakan bahwa kondisi tersebut harus menjadi bahan introspeksi bagi pengelola pendidikan di sekolah-sekolah negeri.
Berdasarkan data terbaru dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Samarinda per 21 Juni 2025, tercatat lebih dari 2.300 kursi kosong di jenjang SD negeri dan lebih dari 900 kursi kosong di tingkat SMP negeri.
Kekosongan itu umumnya terjadi di sekolah-sekolah yang berada di wilayah pinggiran atau jauh dari pusat kota.
“Ini berarti ada banyak bangku kosong. Harus jadi catatan bahwa masyarakat kini lebih mempercayakan anaknya ke sekolah swasta,” ujar Darlis saat ditemui di Gedung DPRD Kaltim, Rabu, 9 Juli 2025.
Menurut Darlis, rendahnya animo terhadap sekolah negeri disebabkan oleh dua faktor utama.
Pertama, jumlah sekolah negeri dinilai terlalu banyak dibandingkan jumlah peserta didik yang tersedia.
Kedua, kepercayaan masyarakat terhadap sekolah swasta semakin meningkat karena dianggap memiliki kualitas yang lebih baik, baik dari segi fasilitas maupun tenaga pengajar.
“Trust masyarakat terhadap sekolah swasta lebih tinggi dibandingkan sekolah negeri. Apalagi tingkat ekonomi masyarakat Kaltim rata-rata sudah cukup baik, jadi mereka yang mampu cenderung memilih sekolah swasta demi kualitas pendidikan anak-anaknya,” jelas legislator dari Fraksi PAN tersebut.
Ia menambahkan bahwa banyak sekolah swasta di Samarinda telah menunjukkan standar mutu yang melampaui sekolah negeri, mulai dari pelayanan pendidikan hingga pendekatan manajemen sekolah.
Darlis memperingatkan bahwa jika kondisi ini tidak segera ditangani, minat masyarakat terhadap sekolah negeri akan terus menurun.
Dalam jangka panjang, bukan tidak mungkin akan muncul kebijakan penutupan sekolah karena rasio siswa yang terlalu rendah.
“Ini tantangan bagi sekolah negeri untuk berbenah. Kalau kondisi ini dibiarkan, bisa saja beberapa sekolah harus ditutup karena tidak lagi diminati,” ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa pendidikan dasar memiliki karakteristik berbeda dibanding jenjang menengah.
Orang tua cenderung memilih sekolah yang terdekat namun memiliki kualitas terbaik, apalagi untuk anak-anak usia SD.
“Kalau SMA, anak-anak sudah remaja, bisa dikirim ke luar kota atau luar pulau. Tapi kalau SD, orang tua pasti akan pilih sekolah terdekat yang mereka percaya. Kalau sekolah negeri kalah dalam hal kualitas, tentu akan ditinggalkan,” imbuhnya.
Sebagai penutup, Darlis mendorong Dinas Pendidikan dan pemerintah daerah untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sekolah-sekolah negeri.
Ia menekankan pentingnya peningkatan mutu guru, fasilitas, dan sistem manajemen sekolah.
“Sekolah negeri tidak bisa hanya mengandalkan statusnya sebagai institusi publik. Mutu harus menjadi prioritas utama. Jika tidak, kita akan kehilangan kepercayaan masyarakat secara perlahan,” pungkasnya.

