SAMARINDA: Pj Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) Akmal Malik menegaskan akan mendorong transformasi agraris berupa pengembangan lumbung pangan di Benua Etam.
“Bonus sumber daya mineral ini harus kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya karena sampai mati pun orang tidak akan pernah makan batu bara. Kita tetap makan nasi yang berasal dari beras,” tegas Akmal.
Penegasan itu ia sampaikan ketika menerima audensi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kaltim Budi Widihartanto di Rumah Jabatan Gubernur Kaltim, Komplek Pendopo Odah Etam, Selasa (10/10/2023).
Ia menjelaskan, meski Kaltim dikenal kaya akan sumber daya alam mineral, namun kebutuhan pangan ke depan dipastikan semakin besar. Terlebih dengan kehadiran Ibu Kota Nusantara (IKN).
Oleh sebab itu, ia mengatakan Kaltim harus bisa menggerakkan eksploitasi sumber daya alam dan pengembangan lahan pertanian secara berimbang.
“Berdosa kita kepada anak cucu kalau tidak bisa menyiapkan ini,” ucapnya.
Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri itu menambahkan, lokasi pengembangan lumbung pangan ini harus segera dicari.
“Bukan harus di Samarinda, Kutai luas kok. Bisa juga di Berau atau di Penajam Paser Utara dan Paser,” sebutnya.
Sebagai informasi, berdasarkan data dari Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (DPTPH) Kaltim, jumlah produksi padi mencapai 178.662 ton dengan hasil beras sebanyak 115.362 ton hingga September 2023.
Produksi tertinggi berasal dari Kabupaten Kutai Kartanegara 43.432 ton, PPU 19.945 ton, Berau 16.452 ton, Kutai Barat 5.826 ton, Paser 5.792 ton, Kutai Timur 8.676 ton, Mahakam Ulu 4.742 ton, Samarinda 3.429 ton, Balikpapan 100 ton dan Bontang 65 ton.
Sementara total luas tanam di Kaltim 33.952 hektare dan total luas, panen 48.418 hektare.
Luasan panen tertinggi berada di Kutai Kartanegara 18.581 hektare dan luas terendah di Kota Bontang 24 hektare.
Secara umum, daerah sentra produksi tanaman pangan Kaltim berada di Kabupaten Kutai Kartanegara, Penajam Paser Utara dan Paser untuk padi. Untuk sentra jagung berada di Berau. (*)

