
KUKAR : Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Pemkab Kukar) melalui Dinas Pariwisata (Dispar) terus mendorong pengembangan desa wisata di daerah tersebut. Salah satu tujuannya, meningkatkan perekonomian warga di suatu wilayah.
Untuk mencapai tujuan itu secara berkelanjutan, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dispar Kukar Arianto menjelaskan pengembangan desa wisata harus memenuhi beberapa elemen utama.
“Untuk membangun desa wisata, hal utama yang harus dimiliki adalah daya tarik wisata. Baik berupa budaya, ekowisata, wisata alam, maupun wisata buatan,” ujarnya kepada Narasi.co melalui sambungan telepon seluler, Senin, 7 April 2025.
“Namun, potensi ini perlu dikelola dengan baik oleh penggiat wisata seperti Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), serta didukung penuh oleh masyarakat dan pemerintah desa,” lanjut Arianto.
Menurutnya, dukungan aktif dari masyarakat dan aparatur desa, sangat penting dalam pengembangan desa wisata. Tanpa dukungan tersebut, tujuan itu sulit tercapai meski suatu desa memiliki potensi wisata yang menjanjikan.
Sejak tahun 2012 hingga 2013, sebanyak sepuluh desa wisata telah ditetapkan melalui keputusan Bupati Kukar. Kemudian, mulai 2013 hingga 2015, Pemkab Kukar mulai menerapkan konsep pembangunan desa mandiri yang mencakup berbagai sektor. Hal ini, termasuk ketahanan pangan, pendidikan, dan pariwisata.
Beberapa desa wisata yang telah menunjukkan perkembangan signifikan antara lain Desa Kedang Ipil. Desa ini mengangkat potensi budaya dan wisata alam seperti air terjun sebagai daya tarik utamanya.
Selain itu, Desa Pela mengembangkan konsep ekowisata berbasis konservasi lingkungan. Desa lainnya adalah Sangkuliman yang tengah fokus pada pengembangan wisata konservasi dan pelestarian alam.
Adapun Desa Loa Kulu, Long Anai, dan Batuah juga masuk dalam daftar desa wisata yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.
Meski telah menyandang status sebagai desa wisata, tidak semua desa menunjukkan perkembangan yang sama.
Beberapa di antaranya masih menghadapi kendala dalam aspek pengelolaan, promosi, dan infrastruktur penunjang. Oleh karena itu, pemerintah daerah terus memberikan pendampingan dan dukungan teknis.
Salah satu tujuan utama dari program desa wisata adalah untuk mengurangi ketergantungan terhadap destinasi wisata utama yang telah lama menjadi andalan Kukar.
Destinasi wisata utama itu seperti Pulau Kumala, Waduk Panji Sukarame, Museum Mulawarman, dan Planetarium Jagad Raya.
Destinasi wisata baru yang mulai dikembangkan antara lain Taman Gubang di Kecamatan Tenggarong Seberang, Batu Goa Gelap di Desa Suka Maju, serta kawasan produksi madu kelulut di wilayah yang sama.
Selain sektor wisata, pemerintah juga memberikan bantuan kepada pelaku ekonomi kreatif. Upayanya, seperti penyediaan mesin produksi es batu kristal bagi pelaku usaha kuliner di Tenggarong Seberang.
Ketersediaan mesin produksi es batu kristal ini diharapkan dapat mendukung kebutuhan sektor pariwisata secara menyeluruh.
Arianto menegaskan bahwa keberhasilan pengembangan desa wisata tidak dapat hanya bergantung pada pemerintah, melainkan membutuhkan sinergi antara semua pihak.
“Dinas Pariwisata terus memberikan pendampingan. Namun, yang berperan utama tetaplah masyarakat. Jika terdapat kendala dalam pengelolaan desa wisata, kami siap mencarikan solusi bersama,” ungkapnya.
Ia berharap dengan koordinasi yang baik dan dukungan dari berbagai pihak, desa-desa wisata di Kukar dapat berkembang lebih pesat. Kemudian, memberikan dampak ekonomi yang nyata bagi masyarakat setempat.
“Semakin banyak desa wisata yang maju, semakin besar pula peluang Kutai Kartanegara untuk menjadi destinasi unggulan di Kalimantan Timur,” pungkas Arianto. (Adv)

