MAKASSAR: Pertumbuhan kota sering kali diiringi dengan meningkatnya arus lalu lintas, yang memaksa pemerintah mencari solusi untuk mengurai kemacetan.
Hampir semua kota besar dan destinasi wisata kini menjadi titik padat kendaraan, berdampak pada kelancaran aktivitas bisnis maupun kegiatan masyarakat.
Salah satu langkah yang ditempuh adalah memperkuat konektivitas transportasi dengan menghadirkan moda transportasi umum yang cepat, lancar, dan terjangkau.
Sejalan dengan upaya tersebut, AirNav Indonesia melalui Kantor Cabang Makassar Air Traffic Service Center (MATSC) memberikan dukungan penuh terhadap uji coba operasional pesawat amfibi (seaplane) jenis Cessna 172SP milik Akademi Penerbang Indonesia (API) Banyuwangi.
Uji coba berlangsung di Taman Andalan, Center Point of Indonesia (CPI), Makassar, Sulawesi Selatan, Senin, 11 Agustus 2025.
Direktur Keselamatan, Keamanan, dan Standardisasi AirNav Indonesia, Capt. Nurcahyo Utomo, didampingi General Manager AirNav Indonesia Cabang MATSC Kristanto, menyatakan pelayanan navigasi udara yang diberikan merupakan bentuk dukungan perusahaan terhadap upaya pemerintah memperkuat konektivitas nasional.
“Operasional seaplane ini merupakan inovasi yang dapat memperluas jangkauan transportasi udara ke wilayah terpencil. Dampak positifnya akan besar bagi masyarakat dan bangsa, dan AirNav harus menjadi bagian dari proyek ini,” ujar Nurcahyo, Selasa, 12 Agustus 2025.
Ia menegaskan, transportasi memiliki peran vital dalam mobilitas manusia, distribusi barang, dan pemerataan pembangunan.
Selain sebagai urat nadi perekonomian, transportasi juga berperan dalam memperkuat integrasi wilayah dan ketahanan nasional.
Secara teknis, prinsip dan prosedur pelayanan navigasi udara untuk seaplane sama dengan pesawat komersial pada umumnya.
Setiap pergerakan pesawat wajib mengikuti instruksi Air Traffic Controller (ATC) untuk menjaga separasi dan keselamatan.
Sebagai dukungan, AirNav telah menyiapkan Temporary Letter of Coordination Agreement (TLOCA) bersama API Banyuwangi sebagai operator seaplane.
Dokumen ini mengatur koordinasi kedua pihak agar penerbangan di wilayah Bandara Sultan Hasanuddin berjalan aman, tertib, dan lancar.
Selain itu, Temporary Standard Operational Procedure (TSOP) juga disusun sebagai panduan bagi ATC, mencakup pengisian flight plan, penggunaan frekuensi, standar komunikasi pilot–ATC, penanganan cuaca buruk, hingga rencana darurat (contingency plan).
Perbedaan utama operasional seaplane terletak pada lokasi pendaratan dan keberangkatan yang berada di atas permukaan laut (water runway), sehingga prosedur keberangkatan dan kedatangan memerlukan koordinasi intens antara pilot dan ATC.
Rute uji coba melayani penerbangan dari Bandara Sultan Hasanuddin menuju water runway di CPI dan sebaliknya.
Karena CPI berada di luar jangkauan visual menara bandara, ATC memberikan panduan melalui radar hingga pilot dapat melihat water runway, kemudian pendaratan menjadi kewenangan penuh pilot.
Mekanisme serupa berlaku untuk lepas landas.

