MAKKAH: Seorang ulama asal Sidoarjo, KH Syafii Syafii Misbah, wafat setelah menempuh perjalanan kaki dari Muzdalifah ke Mina dalam rangkaian ibadah haji, Jumat, 6 Juni 2025.
Peristiwa ini terjadi di tengah kemacetan parah yang menghambat pergerakan jemaah, dan minimnya armada transportasi yang tersedia pada saat itu.
KH Syafii, pengasuh Pondok Pesantren Al Hidayah Ketegan, Sidoarjo, disebut meninggal dunia akibat kelelahan usai berjalan sejauh sekitar 7 kilometer.
Dalam sebuah video yang beredar, tampak almarhum dipangku oleh salah seorang jemaah di tepi jalan, sementara petugas haji mencoba memberikan pertolongan pertama.
Namun, nyawanya tidak tertolong.
Hingga kini, belum ada keterangan resmi dari otoritas kesehatan Arab Saudi maupun pihak berwenang Indonesia terkait penyebab pasti wafatnya almarhum.
Menanggapi insiden tersebut, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama RI, Hilman Latief, menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang dialami oleh jemaah haji Indonesia selama proses pelaksanaan ibadah haji, khususnya dalam fase pergerakan dari Muzdalifah ke Mina.
“Atas nama penanggung jawab haji Indonesia di Tanah Suci Makkah, kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang didapatkan jemaah haji Indonesia selama proses pergerakan tersebut,” kata Hilman dalam konferensi pers di Kantor Daker Makkah, Minggu, 8 Juni 2025.
Ia menjelaskan bahwa kemacetan yang terjadi pada pergerakan jemaah dari Muzdalifah ke Mina adalah dampak dari padatnya arus jemaah yang datang dari berbagai negara secara bersamaan.
Akibatnya, banyak jemaah, termasuk jemaah lansia, terpaksa berjalan kaki.
“Kondisi ini menjadi tantangan tahunan, dan kami bersama Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi sudah menyiapkan skenario mitigasi. Bahkan, Asisten Deputi Menteri Haji Arab Saudi, Iyad bin Ahmed Rahbini, turut memantau langsung situasi di lapangan,” tambah Hilman.
Anggota Tim Pengawas Haji DPR RI, Muslim Ayub, yang berada di Makkah turut menyuarakan keprihatinannya.
Ia menyoroti kurangnya fasilitas dan penanganan terhadap jemaah lansia.
“Kita tidak ingin kejadian seperti ini terus berulang. Saya melihat langsung video ibu-ibu lansia terlantar di Arafah karena tidak ada tenda yang menampung mereka saat situasi sangat luar biasa. Ini sangat memprihatinkan,” ujarnya.
Perjalanan dari Muzdalifah ke Mina merupakan bagian penting dari rangkaian ibadah haji.
Setelah wukuf di Arafah, jemaah menuju Muzdalifah untuk bermalam (mabit) dan mengumpulkan batu untuk ritual lempar jumrah di Mina.
Idealnya, perjalanan ini difasilitasi dengan transportasi bus, namun kemacetan dan keterbatasan armada kerap menjadi kendala.
Pemerintah Indonesia menegaskan komitmennya untuk terus meningkatkan pelayanan haji, termasuk evaluasi menyeluruh agar peristiwa serupa tidak terulang pada musim haji berikutnya.
“Atas nama pemerintah, kami juga menyampaikan duka cita mendalam atas wafatnya KH Syafii Syafii Misbah. Semoga almarhum mendapat tempat terbaik di sisi Allah dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan,” tutup Hilman.

