
KUKAR: Di tengah derasnya arus modernisasi, Kecamatan Kembang Janggut, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) tetap teguh merawat warisan kebudayaan yang hidup dalam tradisi dan kepercayaan masyarakat Suku Dayak Tunjung.
Salah satu bentuk peradaban tersebut adalah upacara adat Belian, sebuah praktik pengobatan tradisional yang diyakini mampu menyembuhkan penyakit non-medis melalui kekuatan spiritual.
Staf Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa Kecamatan Kembang Janggut, Hasan Alwi, menjelaskan bahwa Belian merupakan pengobatan tradisional yang berkembang di luar ranah keilmuan medis, namun masih sangat dipercaya dan dimanfaatkan oleh masyarakat.
Belian tidak hanya melihat penyakit sebagai gejala fisik, tetapi sebagai gangguan yang melibatkan roh-roh tak kasat mata.
Dalam praktiknya, ketika seseorang jatuh sakit dan penyebabnya tidak dapat dijelaskan secara medis, maka masyarakat akan melaksanakan prosesi Belian.
“Biasanya, jika ada orang sakit yang bukan karena penyakit medis, maka digelarlah prosesi Belian ini,” tambahnya.
Tradisi ini berpijak pada keyakinan bahwa penyakit bisa datang dari arwah leluhur yang marah, roh jahat, atau gangguan magis lainnya.
Dalam Belian, para pembelian (orang yang memiliki kemampuan spiritual) akan berusaha berkomunikasi dengan roh-roh tersebut, memohon kesembuhan, sekaligus melindungi pasien dari marabahaya di masa depan.
Hasan mengungkapkan bahwa terdapat berbagai bentuk dan tingkatan Belian yang dibedakan berdasarkan sifat serta tata cara penyelenggaraannya.
Setiap jenis ritual memiliki makna serta tujuan tersendiri sesuai dengan kondisi pasien dan penyebab penyakit yang diyakini.
Kepercayaan masyarakat terhadap Belian sangatlah kuat.
Ritual ini bukan hanya sekadar pengobatan, melainkan juga bagian dari jati diri dan identitas budaya masyarakat Dayak Tunjung.
“Masyarakat Dayak Tunjung sangat mempercayai upacara adat Belian serta pemeliat yang mengobati mereka agar terhindar dari marabahaya, sehingga menumbuhkan suatu keyakinan yang kuat,” ujar Hasan.
Pemerintah Kecamatan Kembang Janggut pun mengakui bahwa Belian adalah bagian dari peradaban yang harus dijaga.
Lebih dari sekadar ritual, Belian merupakan simbol hubungan harmonis antara manusia, alam, dan roh leluhur.
Hasan berharap agar ritual adat seperti Belian tidak hanya dikenang sebagai warisan masa lalu, tetapi terus dirawat dan dilestarikan oleh generasi muda.
Dengan demikian, nilai-nilai spiritual dan kebudayaan yang terkandung dalam upacara ini dapat tetap hidup dan relevan di tengah perubahan zaman.
“Kami berharap ritual adat seperti ini dapat terus dirawat dan dilestarikan,” tutupnya. (Adv)

