
KUKAR : Para Aparat Sipil Negara (ASN) di lingkup Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) mendapat kewajiban baru.
Tidak cukup hanya melaporkan absensi dan menyusun laporan kegiatan, para ASN tersebut dituntut menambah satu lagi bukti kerja yaitu mengaji.
“Mengaji menjadi salah satu bukti bahwa kita bekerja,” ujar Bupati Kukar Edi Damansyah dalam acara halalbihalal bersama para ASN Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kukar di Perumahan Dinas Bukit Biru, Jumat, 11 April 2025.
Pernyataan Bupati Edi bukan sekadar retorika seremonial. Ia mengacu langsung pada implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2021 tentang Pedoman Penyelenggaraan Gerakan Etam Mengaji (GEMA).
Dalam konteks birokrasi pemerintahan, langkah ini bisa disebut sebagai terobosan yang menempatkan nilai spiritual di jantung pengukuran kinerja ASN.
“Ini bukan soal seremonial atau kewajiban simbolik,” kata Edi sembari menatap serius ke arah jajaran BPKAD yang duduk berjajar rapi. “Ini soal tanggung jawab moral, personal, dan profesional,“ lanjutnya.
GEMA tidak lahir dari ruang kosong. Program unggulan ini dirancang sebagai gerakan kolektif untuk membudayakan pembacaan Al-Quran di kalangan umat Islam.
Terutama para ASN yang selama ini lebih banyak berhadapan dengan tumpukan dokumen dan target kinerja.
Melalui GEMA, Edi Damansyah ingin menanamkan satu pesan penting yaitu profesionalisme tidak boleh kehilangan ruh spiritualitas.
“Kalau tanggung jawab kita kepada Allah SWT baik, maka tanggung jawab kita terhadap profesi kita pasti akan baik pula,” lanjutnya.
Kepemimpinan Edi Damansyah dalam mendorong integrasi nilai-nilai religius dalam birokrasi patut dicatat.
Ia tak sekadar memberi instruksi, tetapi juga membangun kerangka berpikir baru bagi ASN. Kinerja bukan hanya soal angka, presensi, atau laporan bulanan, tetapi juga tentang bagaimana membentuk karakter yang utuh, yakni disiplin dalam kerja dan taat dalam ibadah.
Bulan Ramadan, menurut Edi, tidak boleh berhenti sebagai rutinitas tahunan. Spirit ibadah, refleksi, dan kesalehan sosial yang mekar selama Ramadan harus dirawat agar tumbuh di bulan-bulan berikutnya. “Kesadaran itu kembali kepada kita masing-masing,” ujarnya.
Bupati yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Daerah Kukar ini menyadari bahwa program ini tak akan berjalan optimal jika hanya bertumpu pada sistem dan struktur organisasi. Kesadaran pribadi, menurutnya, adalah kunci.
“Struktur organisasi bisa saja sempurna. Tapi, kalau tak ada kesadaran personal, semua akan sia-sia,” katanya.
Pernyataan ini bukan tanpa alasan. Di banyak institusi pemerintahan, reformasi birokrasi sering kali terjebak dalam formalitas dan prosedur yang kering.
Oleh sebab itu, melalui GEMA, Pemkab Kukar terus berupaya menumbuhkan pendekatan yang lebih menyeluruh dengan menghidupkan kembali nilai-nilai spiritual dalam sistem penilaian kinerja.
Dengan pendekatan ini, Pemkab Kukar tak hanya sedang membangun budaya kerja birokrasi yang disiplin dan akuntabel.
Tetapi, juga menghadirkan dimensi spiritual yang menyatu dalam pelayanan publik. Di tengah dunia birokrasi yang kerap kaku dan mekanistik, barangkali GEMA adalah oase yang memberi napas rohani. (Adv)

